Kenangan terentang, Bagai lukisan terpanjangAnganku seketika menerawang jauh, kembali ke masa lampau. Menembus barisan Kepulauan Sunda Kecil yang memisahkan saya dengan kampung halaman selama ini. Rasanya sudah lama sekali saya meninggalkannya. Yah, sejak kepergianku di tahun 2001 yang silam hingga kini belum pernah sekalipun saya menampakan batang hidung di sana, di tanah kelahiran tercinta. Rindu? Perasaan itu tentu saja ada. Bahkan menggebu-gebu. Hanya saja bagi saya, seorang pria yang sudah bertekad bulat untuk merantau, tidak semestinya menggalau hanya karena merindukan kampung halamannya. Itulah prinsip saya selama ini.
Tak pernah bertepi, Selalu ada dan menggoda
Bagai berbuah, Di relung hati
Aku rindu Ibu, Wibawa Ayah dan suasana yang ada
Yang pernah singgah..(Dik Doank - Pulang)
Namun, kalau boleh jujur, saya memang sedang galau dalam beberapa hari belakangan ini. Selain Rindu Kampung Halaman, masih ada satu hal yang membuatku bersedih.
Akh, perasaan bergejolak tiada menentu. Perasaan bersalahlah yang paling banyak porsinya. Menyesal tentu saja. Menyesal lantaran sekian banyak waktu berharga terbuang percuma di tanah rantau. Penyesalan pun semakin dalam dan kelam ketika menyadari bahwa selama ini saya begitu melupakan mereka. Mereka yang telah membuatku ada. Saya harus pulang. Ya, harus...
Hhhhhh... masih terngiang dengan jelas kalimat terakhir kakak perempuanku sebelum menutup teleponnya 2 hari kemarin. Saya terhenyak. Bingung....
"Pulanglah.. Tidak ada alasan lagi untuk kali ini. Ibu sedang sakit. Dia membutuhkanmu, merindukanmu, satu-satunya anak lelaki yang dia miliki."
Dik Doank - Pulang
Ada apa dengan Lagunya Dik Doank di atas? Ada yang sudah pernah dengar?? Hehehe... Lagu ini sebenarnya lagu lawas dan biasa-biasa saja menurut beberapa sahabat, namun entah kenapa setiap kali mendengarnya, apalagi di lirik-lirik awal, tiba-tiba saja ada perasaan aneh yang menyelinap. Malah membuat merinding dan selalu mengajak saya untuk pulang.