Jakarta Tenggelam, benarkah akan terjadi?
Menurut informasi yang diperoleh dari Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Indonesia, Edvin Aldrian, pada akhir tahun 2010 ini potensi banjir besar mengancam ibu kota Jakarta. Bencana ini bias saja terjadi karena fenomena perubahan iklim (climate change) yang terjadi sepanjang tahun ini (2010). Musim kemarau telah berubah menjadi musim hujan sepanjang tahun. Jakarta Tenggelam, itulah yang ada di benak atau yang sedang menghantui masyarakat (Jakarta khususnya) sekarang. Hal ini diperparah dengan amblasnya ruas jalan R.E Martadinata kemarin. Banjir Besar mengncam, Jakarta Tenggelam, mudah-mudahan sekedar isu sja yah.
Saat ini suhu permuka laut di Samudera Hindia begitu tinggi, dimana berada dikisaran 29-30 derajat celsius. Air laut yang panas lebih cepat menguap dimana bias berpotensi menimbulkan angin kencang dan hujan deras. Seharusnya suhu normal bulan ini berkisar antara 24-25 derajat celsius. Jika sudah di atas 28 derajat celsius, sudah merupakan suhu awal tahun. Dan awal tahun adalah waktu langganan banjir Jakarta.
Cuaca yang begitu ekstrim ini membuat tanah di Ibukota Jakarta menjadi bosan yang artinya tanah sudah tidak mampu lagi menampung curah hujan yang tinggi lantaran hujan yang terjadi secara terus menerus. Sementara itu, sungai-sungai di Jakarta mungkin saja tidak bisa mengalirkan airnya ke laut, karena air laut ternyata lebih tinggi volumenya. Ditambah berita dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang merilis berita bahwa baru-baru ini pulau es sebesar Provinsi Jawa Barat telah mencair dan lepas dari Greenland, kutub Utara.
Edvin memprediksi jika ada banjir kiriman dari kota satelit, kemudian ditambah curah hujan tinggi, dan kucuran rob dari laut Utara, Jakarta bisa jadi tenggelam, meski tidak sebesar banjir 2007. "Warga harus waspada," himbaunya.
Memang, dampak perubahan iklim global bagi Jakarta memang tidak sedahsyat gelombang panas yang menyerang Rusia atau banjir besar seperti di Pakistan beberapa waktu yang lalu. Edvin Aldrian pun baru sebatas memprediksi, dan belum bisa memastikan 100%.
"Bencana bisa dicegah dengan cara menghitung MJO dua pekan sebelum terjadi perkiraan banjir, sehingga Jakarta terhindar banjir besar," ujarnya.
Menurut informasi yang diperoleh dari Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Indonesia, Edvin Aldrian, pada akhir tahun 2010 ini potensi banjir besar mengancam ibu kota Jakarta. Bencana ini bias saja terjadi karena fenomena perubahan iklim (climate change) yang terjadi sepanjang tahun ini (2010). Musim kemarau telah berubah menjadi musim hujan sepanjang tahun. Jakarta Tenggelam, itulah yang ada di benak atau yang sedang menghantui masyarakat (Jakarta khususnya) sekarang. Hal ini diperparah dengan amblasnya ruas jalan R.E Martadinata kemarin. Banjir Besar mengncam, Jakarta Tenggelam, mudah-mudahan sekedar isu sja yah.
kumparan.com |
Cuaca yang begitu ekstrim ini membuat tanah di Ibukota Jakarta menjadi bosan yang artinya tanah sudah tidak mampu lagi menampung curah hujan yang tinggi lantaran hujan yang terjadi secara terus menerus. Sementara itu, sungai-sungai di Jakarta mungkin saja tidak bisa mengalirkan airnya ke laut, karena air laut ternyata lebih tinggi volumenya. Ditambah berita dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang merilis berita bahwa baru-baru ini pulau es sebesar Provinsi Jawa Barat telah mencair dan lepas dari Greenland, kutub Utara.
Edvin memprediksi jika ada banjir kiriman dari kota satelit, kemudian ditambah curah hujan tinggi, dan kucuran rob dari laut Utara, Jakarta bisa jadi tenggelam, meski tidak sebesar banjir 2007. "Warga harus waspada," himbaunya.
Memang, dampak perubahan iklim global bagi Jakarta memang tidak sedahsyat gelombang panas yang menyerang Rusia atau banjir besar seperti di Pakistan beberapa waktu yang lalu. Edvin Aldrian pun baru sebatas memprediksi, dan belum bisa memastikan 100%.
"Bencana bisa dicegah dengan cara menghitung MJO dua pekan sebelum terjadi perkiraan banjir, sehingga Jakarta terhindar banjir besar," ujarnya.