Salam Blogger Indonesia. Ditengah hujan badai tanda tanya yang maha dahsyat, di tengah sibuknya orang-orang berkemas mau pulang libur Lebaran alias Mudik, saya mencoba menghadirkan sebuah tulisan iseng yang dari awal penulisan sampai akhir judul untuk artikel ini membingungkan. Karena membingungkan, maka jadilah artikel Entri Tanpa Judul ini. Paragraf awal ini saya tulis belakangan, setelah artikel sepotong di bawah ini selesai saya tulis. Monggo digerayangi...
Okey saudara-saudara yang terhormat sekalian, smartphone, jenis gadget yang satu ini sedang mewabah di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Saya menyebutnya mewabah dan bukan menjamur karena kalau menjamur berarti hanya terjadi pada musim-musim dan di tempat tertentu saja. Hal ini mungkin berhubungan langsung dengan jamur dalam arti sebenarnya, yang mana masa pertumbuhannya hanya pada musim atau tempat tertentu. Namun peristiwa ini bukan menjamur tapi justru mewabah. Yah, smartphone yang bahasa kita menyebutnya dengan istlah Ponsel Pintar ini sedang giat menjajah segala aspek kehidupan masyarakat kita.
Di mana-mana orang sibuk membahas gadget mana yang bagus, gadget mana yang bisa begini-bisa begitu dan lain sebagainya. Barang-barang mahal seperti ini tidak lagi menjadi topik pembicaraan orang-orang kelas menengah ke atas. Kelas menengah ke bawah dan ke bawah lagi pun sibuk membahasnya. Entah hanya sekedar dibahas sambil lalu ataupun serius, namun bisa dipastikan banyak dari orang-orang kelas menengah ke bawah tersebut menyibukkan diri dan berusaha dengan segala cara untuk memiliki gadget-gadget tersebut. Bahkan tidak bisa kita pungkiri, cara-cara kotor pun nekad ditempuh demi memuaskan hasrat untuk memiliki barang mewah ini.
Kejadian seperti di Surabaya kemarin bukanlah satu-satunya dan bukan juga untuk pertama dan terakhir kalinya. Saya berani bersumpah. Di kota-kota besar lain pun saya yakin banyak kejadian seperti ini. Bahkan sudah menjadi trend di antara para remaja. Hanya saja mereka pandai pandai dan pandai sekali menjaga kebocorannya. Di sini, kejelian orang-orang dewasa di sekitar mereka perlu ditingkatkan atau bila perlu dikaji ulang. Keluguan yang mereka miliki bukan berarti mereka tidak mampu melakukan hal-hal yang hebat dan mencengangkan.
Ok. sebelum mengakhiri tulisan mengambang ini, saya ingin berbagi sebuah ujaran-ujaran lawas yang sering dteriakan oleh guru matematika ketika masih duduk di bangku SMA tempo dulu, "Belakang Parang Pun Jika Diasah Niscaya Akan Tajam". Anehnya, setiap kali sang guru meneriakan ujaran ini, dalam hati saya selalu bersungut;
Okey saudara-saudara yang terhormat sekalian, smartphone, jenis gadget yang satu ini sedang mewabah di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Saya menyebutnya mewabah dan bukan menjamur karena kalau menjamur berarti hanya terjadi pada musim-musim dan di tempat tertentu saja. Hal ini mungkin berhubungan langsung dengan jamur dalam arti sebenarnya, yang mana masa pertumbuhannya hanya pada musim atau tempat tertentu. Namun peristiwa ini bukan menjamur tapi justru mewabah. Yah, smartphone yang bahasa kita menyebutnya dengan istlah Ponsel Pintar ini sedang giat menjajah segala aspek kehidupan masyarakat kita.
Di mana-mana orang sibuk membahas gadget mana yang bagus, gadget mana yang bisa begini-bisa begitu dan lain sebagainya. Barang-barang mahal seperti ini tidak lagi menjadi topik pembicaraan orang-orang kelas menengah ke atas. Kelas menengah ke bawah dan ke bawah lagi pun sibuk membahasnya. Entah hanya sekedar dibahas sambil lalu ataupun serius, namun bisa dipastikan banyak dari orang-orang kelas menengah ke bawah tersebut menyibukkan diri dan berusaha dengan segala cara untuk memiliki gadget-gadget tersebut. Bahkan tidak bisa kita pungkiri, cara-cara kotor pun nekad ditempuh demi memuaskan hasrat untuk memiliki barang mewah ini.
Hidup itu memang penuh perjuangan. Untuk makan dan mendapatkan apa yang diinginkan, manusia harus melakukan banyak usaha. Namun karena manusia memiliki norma atau aturan, usaha yang dilakukan haruslah tidak melanggar aturan norma yang mengikat manusia, baik norma agama, adat dan sebagainya. (quotes source)Petikan kalimat di atas saya temukan di salah satu artikel blog sahabat yang berkaitan langsung dengan pemberitaan beberapa minggu yang lalu, di mana demi memenuhi keinginan untuk memiliki BB (Blackberry bukan Bau Badan) seorang siswi SMA di Kota Pahlawan, Surabaya nekad menjajakan tubuhnya. Miris memang membaca beritanya. Usia yang seharusnya dipergunakan untuk mengais ilmu demi masa depan ternyata digunakan sebaliknya; mengais rupiah demi kesenangan sesaat. Demi kata gaul. Agar dibilang modern. Agar selalu eksis saat melek maupun merem. Agar dibilang melek teknologi dan agar agar yang lainnya. Padahal mereka tidak tahu, ini adalah bentuk lain dari sebuah penjajahan (maaf kalau salah).
Kejadian seperti di Surabaya kemarin bukanlah satu-satunya dan bukan juga untuk pertama dan terakhir kalinya. Saya berani bersumpah. Di kota-kota besar lain pun saya yakin banyak kejadian seperti ini. Bahkan sudah menjadi trend di antara para remaja. Hanya saja mereka pandai pandai dan pandai sekali menjaga kebocorannya. Di sini, kejelian orang-orang dewasa di sekitar mereka perlu ditingkatkan atau bila perlu dikaji ulang. Keluguan yang mereka miliki bukan berarti mereka tidak mampu melakukan hal-hal yang hebat dan mencengangkan.
Lha ini kejadiaannya malah di Kota Pontianak, Kalimantan Barat
"Belakang parang itu tebal. Apakah orang yang mengasahnya tidak kelelahan? Berapa waktu yang dibutuhkan? Memang betul belakang parang itu bakal tajam jika diasah secara terus menerus, tapi kasihan dengan Batu Asahnya, dia akan tergerus, terkikis, semakin licin permukaannya dan bahkan bentuk dan reliefnya akan berubah. Menjauh dari kesan indah, lucu dan bisa jadi mengeluarkan bau tak sedap."Salam Blogger...
Paham? Hmmmm well.....