Dut badut badut badut badut jaman sekarang...
Mong, omong, omong, omong sembarang,
Di televisi,
Di koran koran,
Di dalam radio,
Di atas mimbar,
.....
Para pengaku intelek
Tingkah polanya lebihi badut
Kaum pencuri tikus
Politikus palsu saingi badut
Maaf buat sahabat-sahabat yang belum familiar dengan kata-kata di atas. Sebenarnya barisan kata-kata yang kurang lebih mewakili sebuah kemarahan di atas adalah lirik lagu dari Bang +Iwan Fals, kalau puisi baca saja di sini Badut-Badut Politik.
Lagu yang berjudul "Badut" ini menurut saya cocok dengan segala situasi. Coba perhatikan liriknya di situs KapanLagi. Lagu ini bisa masuk ke dalam situasi apapun, entah itu ceramah, sepak terjang politikus, kelakuan artis-artis dan beberapa profesi dan situasi lain yang bisa dibilang seperti badut.
Nah, pasti tidak ada yang penasaran kenapa saya membuat tulisan ini kan? #hehehe.. Sebenarnya tidak ada yang istimewa. Hanya saja, kehadiran badut-badut itu sudah diprediksi sejak dulu kala, karena memang sudah lama dilakoni. Apalagi saat-saat menjelang Pemilihan Umum seperti sekarang ini. Percaya atau tidak, badut-badut itu mulai menampakan dirinya.
Mereka akan hadir dengan berbagai topeng. Menampilkan wajah dan senyuman semanis madu. Dermawan?? Oh tidak perlu dipertanyakan lagi. Seperti pepatah "Orang Mengantuk Disorongkan Bantal", bakal banyak dermawan yang muncul. Bersiaplah, saudara-saudara kita yang lemah, letih, lelah dan berbeban berat. Kalian ada tujuan mereka. Masa-masa pemilu adalah masa dimana kalian berjaya. Bantuan datang silih berganti. Semuanya gratis. Bukan bonus. Bukan Buy One Get One Free lagi. Semua serba gratis. Yah, segala cara untuk menarik simati, dukungan dan suara bakal ditempuh. Melanggar hukum sekalipun tetap dipakai asalkan tujuan tercapai: Dukungan... dan.. dan.. Suara Tentunya.
Sebenarnya sah-sah saja dan kita-kita sebagai rakyat patut memuji tingkah laku seperti ini. Bukankah merupakan sebuah tindakan yang mulia dan terpuji? Namun tingkah laku seperti ini bisa mencurigakan jika kehadirannya hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Ini yang perlu kita waspadai. Ada apa sebenarnya? Apa timbal balik yang mereka harapkan dari (maaf) kepalsuan ini?
Saya rasa, semua masyarakat, dari sabang sampai Merauke sudah mengetahui timbal balik seperti apa yang mereka harapkan. Namun sayangnya, banyak yang terjerat, banyak yang manggut-manggut hanya karena ditampar dengan beberapa lembar rupiah, bantuan, janji-janji manis dan dan lain-lain. Tapi apakah janji-janji yang dihamburkan itu benar-benar terealisasi??
Mari renungkan....
Masih pantaskah badut-badut itu menari-nari dihadapan kita??
Pantaskah Kita Peduli Pada Mereka?
Mong, omong, omong, omong sembarang,
Di televisi,
Di koran koran,
Di dalam radio,
Di atas mimbar,
.....
Para pengaku intelek
Tingkah polanya lebihi badut
Kaum pencuri tikus
Politikus palsu saingi badut
Maaf buat sahabat-sahabat yang belum familiar dengan kata-kata di atas. Sebenarnya barisan kata-kata yang kurang lebih mewakili sebuah kemarahan di atas adalah lirik lagu dari Bang +Iwan Fals, kalau puisi baca saja di sini Badut-Badut Politik.
Lagu yang berjudul "Badut" ini menurut saya cocok dengan segala situasi. Coba perhatikan liriknya di situs KapanLagi. Lagu ini bisa masuk ke dalam situasi apapun, entah itu ceramah, sepak terjang politikus, kelakuan artis-artis dan beberapa profesi dan situasi lain yang bisa dibilang seperti badut.
image from subagiowaluyo.com |
Mereka akan hadir dengan berbagai topeng. Menampilkan wajah dan senyuman semanis madu. Dermawan?? Oh tidak perlu dipertanyakan lagi. Seperti pepatah "Orang Mengantuk Disorongkan Bantal", bakal banyak dermawan yang muncul. Bersiaplah, saudara-saudara kita yang lemah, letih, lelah dan berbeban berat. Kalian ada tujuan mereka. Masa-masa pemilu adalah masa dimana kalian berjaya. Bantuan datang silih berganti. Semuanya gratis. Bukan bonus. Bukan Buy One Get One Free lagi. Semua serba gratis. Yah, segala cara untuk menarik simati, dukungan dan suara bakal ditempuh. Melanggar hukum sekalipun tetap dipakai asalkan tujuan tercapai: Dukungan... dan.. dan.. Suara Tentunya.
Sebenarnya sah-sah saja dan kita-kita sebagai rakyat patut memuji tingkah laku seperti ini. Bukankah merupakan sebuah tindakan yang mulia dan terpuji? Namun tingkah laku seperti ini bisa mencurigakan jika kehadirannya hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Ini yang perlu kita waspadai. Ada apa sebenarnya? Apa timbal balik yang mereka harapkan dari (maaf) kepalsuan ini?
Saya rasa, semua masyarakat, dari sabang sampai Merauke sudah mengetahui timbal balik seperti apa yang mereka harapkan. Namun sayangnya, banyak yang terjerat, banyak yang manggut-manggut hanya karena ditampar dengan beberapa lembar rupiah, bantuan, janji-janji manis dan dan lain-lain. Tapi apakah janji-janji yang dihamburkan itu benar-benar terealisasi??
Masih pantaskah badut-badut itu menari-nari dihadapan kita??
Pantaskah Kita Peduli Pada Mereka?