Tanpa Malu-Malu, Caleg Stress dan Depresi Bermunculan. Tidak ada yang mengundang, karena memang tidak ada undangan buat mereka agar tampak di permukaan. Mereka entah sengaja atau tidak, sadar atau tidak perlahan namun pasti mereka mulai bermunculan. Para caleg-caleg yang menempuh jalan pintas demi meraih suara mulai menuai "berkah". Kebanyakan bertingkah laku aneh dan tiba-tiba saja ingkar janji.
Entahlah, saya tidak habis pikir. Cara-cara kuno masih dipakai hingga saat ini. Cara yang dulu sering dipakai ketika jaman kuda gigit besi koq masih bisa dipakai hingga jaman kuda gigit roti saat ini. Heran dan geram saya. Kenapa mereka begitu menyukai cara-cara karbitan seperti ini?
Kenapa mereka rela menghambur-hamburkan uang ratusan juta rupiah hanya untuk meraih simpati rakyat? Kenapa tidak jauh-jauh hari (5 tahun) mempersiapkan diri, memberikan kontribusi bagi rakyat sekitar sehingga ketika hari H seperti ini tidak kelabakan?
Tanpa Malu-Malu, Caleg Stress dan Depresi Bermunculan
Padahal, sekali lagi.. padahal, banyak yang sudah memberikan contoh cara-cara modern yang mesti dipakai. Meskipun cara-cara tersebut menuai protes dan kritik: pencitraanlah, pura-puralah, bonekalah, bayaranlah. Tapi terlepas dari kritikan tersebut kita bisa mengambil sebuah pelajaran penting. Sebuah pelajaran yang mungkin belum banyak pejabat di negeri ini melakoninya. Tidak perlulah money politic, tapi bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan berikan bukti.
Sekecil apapun (ingat: sekecil apapun) bukti yang dihasilkan punya nilai yang begitu berharga di mata kami rakyat biasa ketimbang berpangku tangan selama 5 tahun lalu harus hiruk pikuk tidak jelas menjelang hari H sembari merayu dan membeli suara kami. Itu cara kuno, Bung!! Kami tidak gampang kalian bodohi!!
Akh.. sudahlah. Mau koar-koar sampai mulut berbusa pun percuma. Pemuja metode terlarang ini begitu banyak. Apalagi sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Dan sekarang lihatlah... mereka-mereka yang begitu mendewakan uang dalam Pemilu Legislatif 2014 kemarin mulai merasa dibohongi. Sudah ratusan juta rupiah dihamburkan ternyata suara yang didapat nihil. Nol besar.
Siapa Yang Salah??