Negeri Tandingan? Yah saya anggap dua kata ini sangat pas untuk menggambarkan situasi dan kondisi sebuah negara besar yang terdiri dari beragam suku, agama dan ras, negara yang dibentuk dari genangan darah para pahlawan, sebuah negara berkembang yang selalu ribut, nyinyir dan sok kritis, dialah negara yang pernah ditakutkan, negara kepulauan terbesar di dunia : Indonesia. Kali ini, barangkali julukannya bertambah satu : Negeri Tandingan. Setuju??
Tandingan, kata ini belakangan sedang naik daun, meskipun sebelumnya, beberapa tahun yang lalu sempat muncul ke permukaan. Kata ini muncul kembali sejak pilpres 2014 yang lalu dan hingga saat ini belum hilang kepopulerannya. Bahkan semakin menjadi-jadi. Keputusan apapun yang terjadi di negeri ini selalu ada tandingannya dari pihak yang berbeda pendapat.
Kenapa orang sekarang susah menerima perbedaan? Padahal, perbedaan adalah suatu hal yang tidak terpisahkan dengan negeri ini. Bisa dikatakan bahwa para founding father negeri ini dan para pahlawan tempo dulu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia atas dasar ini, perbedaan. Bahkan untuk lebih meyakinkan kita para penerusnya, di bawah kaki burung garuda, lambang negara kita disematkan pepatah sakti, "Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu". Hasilnya lumayan mengagumkan. Sekian tahun kita bisa hidup berdampingan, meskipun tidak 100% damai. Tapi kenapa saat ini perbedaan justru sering dipersoalkan? Kemana jargon Musyawarah Untuk Mufakat pergi? Sudah punahkah beliau?
Aneh memang negeri ini. Ketika berhadapan dengan sesuatu yang berbeda, sikap yang sering dikedepankan adalah kemarahan. Murka. Protes. Setiap orang, setiap pendapat dan setiap pandangan yang berbeda adalah salah... Buruk.. Tidak beres.. Kafir dan sebagainya. Akh saya tidak habis pikir, kemana perginya jargon Musyawarah Untuk Mufakat itu?
Kenyataan lain yang saat ini sedang dipertontonkan adalah melawan. Setiap ada perbedaan harus dilawan. Dengan berbagai cara. Apa saja, termasuk menciptakan tandingan. Semua pasti sudah tahu apa saja tandingan yang sedang dipertontonkan sekarang. Dulu pernah ada PSSI tandingan, lalu koalisi tandingan (Koalisi Merah Putih vs Koalisi Indonesia Hebat) dan yang sempat mengguncang hebat negeri kita beberapa waktu yang lalu yakni DPR Tandingan. Kenapa tidak sekalian dibuat Presideng Tandingan, Menteri Tandingan dan lain sebagainya? Lalu kapan mau bertanding?
Dan satu lagi "Tandingan" yang menurut saya sangat konyol adalah yang saat ini sedang dipertontonkan di ibu kota, Jakarta. Adanya gubernur tandingan dari beberapa ormas yang menolak Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta seakan melengkapi kepopuleran dari kata tandingan ini.
Ah sudahlah.. salam Bhineka Tunggal Ika...!! (dari berbagai sumber)
Tandingan, kata ini belakangan sedang naik daun, meskipun sebelumnya, beberapa tahun yang lalu sempat muncul ke permukaan. Kata ini muncul kembali sejak pilpres 2014 yang lalu dan hingga saat ini belum hilang kepopulerannya. Bahkan semakin menjadi-jadi. Keputusan apapun yang terjadi di negeri ini selalu ada tandingannya dari pihak yang berbeda pendapat.
sumber www.merdeka.com |
Aneh memang negeri ini. Ketika berhadapan dengan sesuatu yang berbeda, sikap yang sering dikedepankan adalah kemarahan. Murka. Protes. Setiap orang, setiap pendapat dan setiap pandangan yang berbeda adalah salah... Buruk.. Tidak beres.. Kafir dan sebagainya. Akh saya tidak habis pikir, kemana perginya jargon Musyawarah Untuk Mufakat itu?
Kenyataan lain yang saat ini sedang dipertontonkan adalah melawan. Setiap ada perbedaan harus dilawan. Dengan berbagai cara. Apa saja, termasuk menciptakan tandingan. Semua pasti sudah tahu apa saja tandingan yang sedang dipertontonkan sekarang. Dulu pernah ada PSSI tandingan, lalu koalisi tandingan (Koalisi Merah Putih vs Koalisi Indonesia Hebat) dan yang sempat mengguncang hebat negeri kita beberapa waktu yang lalu yakni DPR Tandingan. Kenapa tidak sekalian dibuat Presideng Tandingan, Menteri Tandingan dan lain sebagainya? Lalu kapan mau bertanding?
Dan satu lagi "Tandingan" yang menurut saya sangat konyol adalah yang saat ini sedang dipertontonkan di ibu kota, Jakarta. Adanya gubernur tandingan dari beberapa ormas yang menolak Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta seakan melengkapi kepopuleran dari kata tandingan ini.
Daripada kita habiskan tenaga kita untuk menjegal dan berdemo, ada baiknya kita introspeksi diri. Dan buat kalian para penentang, persiapkanlah kader terbaik yang pro rakyat. Pupuklah dia, perkenalkan dia ke masyarakat biar dikenal. Berikan solusi nyata... dan ketika waktunya tiba, calonkan beliau...
Ah sudahlah.. salam Bhineka Tunggal Ika...!! (dari berbagai sumber)