Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan - Wah tidak terasa sudah lama sekali saya tidak mencorat-coret blog tua bangka ini dengan bahasa-bahasa yang muncrat dari pikiran sendiri. Akhir-akhir ini rasanya lebih banyak tulisan premium yang saya tayangkan ketimbang tulisan acak kadul. Tapi meskipun begitu, tulisan-tulisan premium tersebutlah yang bisa membantu perpanjangan masa kontrak blog tua bangka dan bau ini.
Di daratan Flores, khususnya mereka yang bekerja di bagian jasa perhubungan (Angkutan Umum) baik Antar Kota Dalam Provinsi, Antar Kota Dalam Kabupaten maupun Antar Nona Dalam Kamar sudah lumrah dengan istilah penumpang dasar dan penumpang jalan pada setiap pengguna jasa mereka (penumpang). Misalnya sebut saja Bus Primadana yang melayani rute Larantuka – Ende, setiap hari bolak balik mengantar penumpang dengan jarak tempuh kurang lebih 300-an kilometer. Tentu saja tidak semua penumpang yang menumpang memiliki tujuan sama sesuai dengan trayek busnya. Meski trayeknya Larantuka – Ende tapi ada saja penumpang dengan tujuan berbeda yang turut menumpang. Penumpang-penumpang dengan tujuan berbeda ini biasanya naik dan turun di tempat yang akan dilewati bus ini. Biayanya pun tentu lebih murah.
Begini, mereka, para penumpang yang berangkat dari dan ke tempat yang sesuai dengan trayek bus inilah yang dinamakan Penumpang Dasar dan sebaliknya mereka yang naik turun ‘kau tinggal turun naik turun naik’ di tengah jalan disebut dengan Penumpang Jalan. Penumpang Dasar biasanya mendapat pelayanan yang lebih mesra ketimbang Penumpang Jalan. Penumpang Dasar wajib mendapat penghidupan yang layak (tempat duduk), sementara penumpang jalan yang notabenenya hanya angin lalu tidak begitu diperhatikan, yang diperlukan hanyalah bersyukur karena masih bisa diantar sampai tujuan. Mau berdiri atau duduk terserah, sesuaikan dengan kondisi bus. Tidak boleh cerewet.
Nah, bercermin pada makna istilah “Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan” ini, otak saya mulai melayang jauh, berkhayal lalu mengait-ngaitkan tradisi ini dengan masalah cinta. Tentunya istilah Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan dalam dunia percintaan ini lebih tepat sasarannya adalah mereka (pasangan) yang gemar bermain api. Anda pernah diduakan? Anda orang pertama atau kedua atau malah kesekian? Camkan baik-baik makna istilah Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan untuk penumpang angkutan umum di atas.
Baca Juga: Kepalsuan Itu Boleh Asal JujurBuat teman-teman blogger, apa kabar? Semoga semua dalam situasi dan kondisi yang sehat-sehat dan bergelimang dollar dari hasil ngeblognya, ya? Hehehe... Oke lanjut. Kali ini saya sedikit berbagi informasi seputar istilah-istilah unik yang sudah dikenal masyarakat luas di NTT, khususnya di daratan Flores. Istilah uniknya adalah seperti judul tulisan ini: Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan.
Di daratan Flores, khususnya mereka yang bekerja di bagian jasa perhubungan (Angkutan Umum) baik Antar Kota Dalam Provinsi, Antar Kota Dalam Kabupaten maupun Antar Nona Dalam Kamar sudah lumrah dengan istilah penumpang dasar dan penumpang jalan pada setiap pengguna jasa mereka (penumpang). Misalnya sebut saja Bus Primadana yang melayani rute Larantuka – Ende, setiap hari bolak balik mengantar penumpang dengan jarak tempuh kurang lebih 300-an kilometer. Tentu saja tidak semua penumpang yang menumpang memiliki tujuan sama sesuai dengan trayek busnya. Meski trayeknya Larantuka – Ende tapi ada saja penumpang dengan tujuan berbeda yang turut menumpang. Penumpang-penumpang dengan tujuan berbeda ini biasanya naik dan turun di tempat yang akan dilewati bus ini. Biayanya pun tentu lebih murah.
Baca Juga: Puisi Tentang KamuHubungan dengan istilah Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan?
Begini, mereka, para penumpang yang berangkat dari dan ke tempat yang sesuai dengan trayek bus inilah yang dinamakan Penumpang Dasar dan sebaliknya mereka yang naik turun ‘kau tinggal turun naik turun naik’ di tengah jalan disebut dengan Penumpang Jalan. Penumpang Dasar biasanya mendapat pelayanan yang lebih mesra ketimbang Penumpang Jalan. Penumpang Dasar wajib mendapat penghidupan yang layak (tempat duduk), sementara penumpang jalan yang notabenenya hanya angin lalu tidak begitu diperhatikan, yang diperlukan hanyalah bersyukur karena masih bisa diantar sampai tujuan. Mau berdiri atau duduk terserah, sesuaikan dengan kondisi bus. Tidak boleh cerewet.
Nah, bercermin pada makna istilah “Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan” ini, otak saya mulai melayang jauh, berkhayal lalu mengait-ngaitkan tradisi ini dengan masalah cinta. Tentunya istilah Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan dalam dunia percintaan ini lebih tepat sasarannya adalah mereka (pasangan) yang gemar bermain api. Anda pernah diduakan? Anda orang pertama atau kedua atau malah kesekian? Camkan baik-baik makna istilah Penumpang Dasar dan Penumpang Jalan untuk penumpang angkutan umum di atas.
Ilmu Ikhlas Dipake, Jangan Sebagai Pemanis Bibir Saja