Sepertinya tidak perlu diulang-ulang lagi menggambarkan bagaimana efek yang disebabkan oleh kehadiran tamu tak diundang Dek Covid-19 ini. Buat mereka yang punya cukup cadangan mungkin sedikit lega isi kepalanya. Tapi ceritanya akan lain tentang mereka yang minim persiapan. Kaget dan panik itu otomatis terjadi. Belum lagi kalau tempat kerjanya mulai kena imbas.
Dirumahkan adalah mimpi buruk dari semua mimpi buruk yang pernah ada. Dan ini yang terjadi pada beberapa teman saya yang beberapa bulan lalu dirumahkan. Bisa baca tulisan saya Penyebab Terjadinya PHK di Tengah Wabah Covid-19, meskipun kabarnya beberapa hari lagi mereka akan dipanggil. Bukan untuk menghadap Yang Maha Kuasa, tapi dipanggil lagi untuk bekerja.
Kalau semua aspek kehidupan kena imbas, maka dunia pendidikan juga tidak ketinggalan. Anak-anak sekolah terpaksa belajar dari rumah. Belajar Online. Dengan jaringan internet yang mungkin belum seratus persen merata, apakah cara ini cukup efisien? Entalah. Itu urusan mereka yang empunya kebijakan. Hanya saja bagaimana nasib mereka (termasuk saya sendiri) yang ruang lingkup kerjanya sedikit menyerempet dengan kehadiran anak sekolahan?
Para pemilik kost-kostan, asrama-asrama atau penginapan yang mengais rejeki lewat jasa sewa rumah atau kamar tentu kehilangan penghasilan. Dengan belajar online, anak-anak sekolah banyak yang memilih pulang ke rumah masing-masing. Belajar online dari rumah. Kost-kostan jadi sepi. Begitupun asrama. Mau berharap pada para pekerja juga sama saja dengan menghayal. Mereka juga dirumahkan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana situasi nantinya kalau sistem belajar seperti ini berlanjut.
Bagaimana Tahun Ajaran Baru Akan Berjalan?
Jawaban yang biasa kita dengar adalah lihat saja perkembangan ke depannya bagaimana. Apakah Coronavirus masih terus berkembang biak dan beranak pinak atau sebaliknya. Tapi kabar angin yang beredar mengabarkan kalau tahun ajaran baru 2020/2021 akan tetap dilaksanakan pada bulan Juli ini. Sekitar tanggal belasan.
Jika benar informasi yang dibawa kabar angin ini, maka ada beberapa pertanyaan yang harus membutuhkan pencerahan seperti :
- Model pembelajaran macam manakah yang pas dan cocok diterapkan untuk jenjang pendidikan SD dan SMP?
- Cukupkah keputusan seputar model pembelajaran yang akan diterapkan menjadi kewenangan pihak Sekolah?
- Perlukah Orang Tua/Wali dan Pemdes dilibatkan dalam menentukan model pembelajaran yang akan diberlakukan meski pasti ada plus minusnya?
Tiga pertanyaan di atas saya ambil dari status facebook mentor saya waktu masih menjadi Pendamping Petani Kakao/Coklat 2016 silam.
#biar tabungan nda sekarat
Bener banget segala lini jadi ikut terimbas, ga jarang beberapa ada yang ga sanggup lagi dan berakhir tutup #sedih
Untuk sisitim tahun ajaran ini, berhubung blom ada usia anak sekolah jadi aku belum tahu hiruk pikuknya mas, masih memantau ini hehe
1. Tersedia ruangan yang memadai karena setiap kelas hanya disi oleh 10 anak, jaraknya pun harus diatur.
2. Tersedia ruangan UKS dan dokter.
3. Tempat cuci tangan harus tersedia di berbagai titik, termasuk dalam kelas..
dan beberapa point penting lainnya, tempat saya tidak memenuhi standar itu jadi tahun ajaran baru kami tetap online, standar terberat ialah harus ada dokter, atau seminimal mungkin suster yang terakreditasi, kami gagal di situ hehehe...
ya new normal, mari kita nikmati dengan suka cita hehehe