Perancis Semestinya Bisa Meniru China – Situasi dunia semakin semrawut. Belum selesai serangan Covid-19, kali ini muncul keributan baru. Berawal dari aksi seorang siswa di Perancis menghabisi nyawa gurunya Samuel Paty lantaran sang guru menunjukkan kartun Nabi Muhammad dari majalah satir Charlie Hebdo ke muridnya di kelas. Abdoullakh Anzorov marah. Dia lalu menghabisi gurunya tersebut. Aksinya ini tentu saja memiliki alasan yang kuat yang bisa dipertaggungjawabkan.
Meski bukan Muslim, dari hasil baca-baca dan diskusi dengan beberapa teman Muslim, saya jadi tahu pasti kalau memvisualisasikan atau menggambar Nabi Muhammad dilarang keras dalam Islam. Hal inilah yang menjadi pijakan dan semestinya agama lain harus menghormatinya.
Bila ada yang berani memvisualisasikan sosok Nabi Muhammad, sekalipun dalam bentuk kartun atau karikatur, hal ini justru dianggap menghina Agama Islam. Maka pantas jika umat Islam di dunia kemudian marah dan mengecam visualisasi yang diterbitkan oleh Charlie Hebdo tersebut.
Kekisruhan ternyata berlanjut. Setelah kasus murid membunuh gurunya sendiri, gejolak serta kecaman muncul dari berbagai negara. Terutama Timur Tengah. Mereka tidak terima Charlie Hebdo membuat karikatur Nabi Muhammad. Ini penghinaan. Respon Perancis justru menambah panas suasana.
Presiden Perancis, Macron menolak menghukum pembuat kartun Nabi Muhammad dengan alasan UU Perancis menghormati kebebasan berekpresi. Puncaknya adalah terjadi lagi kasus pembunuhan di Gereja Notre Dame, kota Nice, yang menewaskan 3 orang pada hari Kamis, 30 Oktober 2020 kemarin.
Sedang asyik menyirap kabar dari Perancis, di Indonesia juga melakukan tindakan kriminal yang hampir sama. Di Aceh terjadi penusukan seorang Ustadz ketika sedang menyampaikan ceramah Maulid Nabi Muhammad. Entah apap pula motifnya. Pening pala eike!!
Perancis Semestinya Bisa Meniru China
Kembali lagi soal Perancis. Meski sebagai negara sekuler yang memisahkan urusan agama dengan urusan politik, dan juga menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, paling tidak, sekedar belajar dari peristiwa yang pernah terjadi, harusnya bisa belajar atau sekalian meniru China yang juga penganut sekuler. Tujuannya agar aksi jihad seperti yang sedang terjadi bisa diminimalisir.
China, meski dikenal sebagai negara sekular yang cukup ekstrim, kebebasan beragama dijamin oleh undang-undang. Agama masuk dalam hak privat. China juga melarang siapapun dengan seenaknya menghina simbol-simbol agama, termasuk nabi. Intinya, kebebasan berekpressi memang dijunjung tinggi namun jangan sekali-kali masuk ke urusan agama. Sederhana saja bukan?
Salam...
referensi: babo.cintadankasihsayang.com
Karena saya sendiri tidak begitu mengerti paham akan kejadiannya
Sebuah diskusi yang pastinya seru jika untuk dibahas.
Setiap negera punya UU sendiri, ya mau gimana lagi
Menghina simbol agama Islam dengan menggambar kartun memang tidak boleh, tapi itu bukan berarti kita boleh membunuh orang seenaknya. Kemarahan boleh di ubun ubun tapi harus tetap terkontrol.
Mengenai kebebasan berekspresi, yaa tidak dapat disalahkan sebab konstitusi d negara tersebut begitu. Namun, harusnya Pak Macron sadar, bahwa dalam Islam, menggambar Nabi adalah hal hal yg bener bener terlarang. Pak Macron saat ini seolah mengamini apa yg dilakukan majalah tsb.
Cuman kalau uda bebas beragama, jangan jg diusik2 lah. Pasti bakal bergejolak kayak sekarang.
Bebas tapi toleran