BANGANCIS.WEB.ID - Dalam dunia politik, jegal menjegal itu hal yang biasa terjadi. Terkadang semua itu hanya terlihat di permukaan saja. Sekedar persaingan semu di mata orang-orang awam.
Foto pixabay.com |
Inti dari sandiwara perpolitikan itu sejatinya hanya satu: mencapai hasil yang telah ditarget sebelumnya saja. Pihak-pihak yang berkonfrontasi bisa dengan mudah bergandengan tangan kembali.
Hal ini sering terjadi ketika tujuan mereka telah tercapai. Politik itu dinamis. Tidak ada permusuhan abadi. Jadi, sebagai orang awam, jangan berdebat berlebihan.
Kekisruhan dan kontroversi yang terjadi bisa saja merupakan sebuah trik untuk memancing reaksi masyarakat. Kalau disambut positif ya dilanjutkan.
Sebaliknya jika sambutan yang diberikan masyarakat malah negatif, maka pilihannya hanya satu, isu tersebut lantas ditenggelamkan. Isunya, ya, bukan masyarakatnya.
Karena itu, jangan heran dengan berbagai keributan yang terjadi akhir-akhir ini. Biasa, jelang Pemilu. Saling jegal, saling angkat kemudian banting dan sebagainya wajar terjadi.
Tidak jarang beberapa politikus berlaku kurang ajar. Mereka tega membalaskan air susu yang ditenggaknya dengan racun tuba hanya untuk memenangi persaingan.
"Mas, bisa bantuin saya, nggak?" tanya seorang wanita memulai obrolan dengan seorang pria berjas.
"Saya ingin menang di daerah sini. Bisa nggak Si Anu disingkirkan?" lanjutnya.
"Lho, kamu jadi Walikota sekarang ini bukannya karena dibantu Si Anu? Emang ada apa?" jawab pria berjas.
"Iya benar Mas. Tapi saya nggak mau dia sukses sementara saya begini terus. Ayolah bantuin," kata wanita itu lagi. Kali ini tingkahnya mulai genit sedikit merayu.
Sejurus kemudian keduanya terlibat obrolan serius. Si wanita genit terus keluarkan jurus wanita malam menjerat mangsa, sementara pria berjas mulai berpikir keras mencari cara.
"Baiklah," jawab pria berjas dengan lembut. Dari roman mukanya terlihat jelaa kalau dia sudah terkena jebakan saipulmen.
"Bagaimana, Mas?" tanya wanita tadi sambil menggelayut manja.
"Kamu tenang saja. Jangan ikut terkibat langsung. Biarkan saya yang mengurusnya. Mau lihat sampai di mana kehebatan IT-nya," jawab Pria Berjas sambil melemparkan lirikan nakal.
"Tapi kamu bisa membantu. Bergeraklah dalam diam. Cari di mana kelemahannya dan minta teman-temanmu mengumbar apa saja sisi negatifnya," lanjut si bos berdasi panjang lebar.
"Hanya itu, Mas?"
"Dekati teman-teman sekampungnya. Di kehidupan nyata dan sosial media serta lainnya. Cari tahu riwayat dia, keluarganya seperti apa. Yang tidak baik akan kita jadikan rudal," jawab pria berjas. Tangannya kini sudah mirip cicak, diam-diam merayap.
"Kok bisa sampai ke kampung nan jao di mato, begitu? Apa perlu?"
"Itulah dunia politik, sayang. Si Anu bakal terjebak kebingungan dengan apa yang dialaminya kelak. Yang jadi kambing hitam nantinya bukan kita," jelas pria berjas optimis. Jemari tangannya mulai terhimpit. Hangat. Terasa ada denyutan halus.
Wanita genit dan pria berjas akhirnya sepakat menjalankan trik busuk yang baru saja diramu. Malam yang dingin seketika menjelma jadi lautan gairah.
Singkat kata singkat cerita, aku dan dia jatuh cinta. Si Anu mulai sempoyongan. Ponselnya diretas. Sahabat karib menjauh. Kesalahannya di masa lalu dijadikan gosip. Ketelanjangannya diumbar.
Sementara itu, aib keluarganya malah jadi buah bibir para penjilat yang takut kehilangan posisi. Sanak famili justru menganggap Si Anu ini gila. Slow respon, bahkan No Signal! Si Anu kian tenggelam dalam kesendirian.
Lantas, apakah Si Anu bakal gagal caleg? Saat ini belum bisa dipastikan, mengingat sebulan lagi Pemilihan Umum baru akan digelar. Ditunggu saja, ya!
By the way, barangkali sekian saja informasi ngawur (fiksi) seputar cara jitu menjatuhkan lawan politik secara halus, sekaligus trik rahasia di balik pembunuhan karakter seseorang.
Oh ya, karakter merupakan inti dari sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang menjadi ciri khas setiap individu atau sebuah kelompok.
Sebagai anugerah Sang Illahi, karakter bukan hanya milik pemiliknya, tetapi juga memerlukan penghormatan dari orang lain yang mengaku memiliki akal budi dan berbudaya.
Dalam kompleksitas kehidupan, karakter menjadi landasan utama untuk membentuk hubungan saling menghormati dan memahami akan keunikan dari setiap individu.
Mari kita hargai perbedaan karakter sebagai bagian dari kekayaan kehidupan yang membentuk keberagaman budaya dan budi pekerti di tengah masyarakat.***
2 Komentar
-
dunia kecil indi 28.2.24 Kirain beneran, ternyata fiksi ya xD -
elfanmauludi 8.3.24 Tapi dikehidupan nyata juga kayak gini koq,