Bang Ancis - Di tengah gelapnya penderitaan, harapan sering kali menjadi satu-satunya lentera yang masih menyala. Bagi Thomas Arakian, kata-kata penghiburan seharusnya menjadi pelipur lara, tetapi justru terasa seperti belati yang menusuk lebih dalam.
Orang-orang yang telah menyakitinya, merampas haknya, dan membuatnya terpuruk, justru datang dengan nasihat manis: "Berdoalah, serahkan pada Tuhan." Ironis, mereka meminta Thomas berserah, sementara mereka sendiri terus menindasnya tanpa rasa bersalah.
Kemunafikan yang Menyakitkan
Doa yang Dimanfaatkan
Doa adalah kekuatan. Dalam keheningan, manusia bisa menemukan makna, ketenangan, dan keberanian untuk melangkah. Namun, apa jadinya ketika doa dijadikan tameng oleh mereka yang berbuat jahat? (demi kebaikan, menurut mereka).
Pelaku kejahatan seperti serigala berbulu domba, menyelimuti tindakan mereka dengan kata-kata suci agar terhindar dari penghakiman. Dengan mudahnya mereka berkata, "Tuhan akan membalas, tetaplah bersabar." Sementara mereka terus merampas, menghancurkan, dan berlindung di balik kedok religiusitas.
Kemunafikan yang Menghancurkan
Bagi Thomas, nasihat mereka bukanlah dorongan spiritual, melainkan belenggu yang memenjarakan. Kata-kata itu berusaha meredam amarah dan keinginan untuk melawan. Kemunafikan semacam ini bukan sekadar menyakitkan, tetapi juga berbahaya.
Ia menumbuhkan ketidakadilan yang semakin dalam, membuat kejahatan terus berulang tanpa konsekuensi. Jika Tuhan memang melihat segalanya, tidakkah mereka yang bersalah seharusnya menggigil dalam ketakutan, bukan malah memberi khotbah kepada korbannya?
@ancisama
Kesimpulan: Iman Tidak Berarti Pasrah
Berdoa bukan berarti tunduk pada ketidakadilan. Harapan tidak boleh menjadi alasan untuk membiarkan kejahatan berulang. Thomas berhak untuk bangkit, melawan, dan mencari keadilan.
Tuhan tidak hanya meminta manusia untuk berdoa, tetapi juga untuk bertindak dengan benar. Kejahatan yang dibiarkan hanya akan melahirkan penderitaan baru. Maka, alih-alih hanya berserah, dunia membutuhkan lebih banyak Thomas yang berani berkata, "Aku berdoa, tapi aku juga akan melawan.".***
